Selasa, 01 Juli 2025 (Melampaui Batas Pikiran)

Yesaya 49:8-2
“”Bersorak-sorailah, hai langit, bersorak-soraklah, hai bumi, dan bergembiralah dengan sorak-sorai, hai gunung-gunung! Sebab TUHAN menghibur umat-Nya dan menyayangi orang-orang-Nya yang tertindas.” (ayat 13)

Hal buruk kerap kali membuat kita putus asa dan menyerah. Bahkan anak-anak Tuhan tidak kebal terhadapnya. Demikian juga yang dialami oleh bangsa Israel.

Pembuangan ke Babel telah menyebabkan terjadinya banyak hal buruk. Bait Allah, lambang kehadiran Allah di Sion yang merupakan kota suci pun runtuh. Kali ini tampaknya Israel tidak berpengharapan lagi. Wajar jika Israel merasa putus asa.

Namun demikian, Tuhan berjanji akan menjawab, menyelamatkan, dan menolong Israel dengan menuntun mereka keluar (8a). Ia berjanji akan mengembalikan tanah mereka, membebaskan para tawanan, bahkan memelihara mereka dan meratakan jalan (ayat 8b-11). Hal ini karena Allah tidak pernah melupakan Israel dan mengingat nama mereka setiap waktu (ayat 15-16).

Tuhan adalah Allah yang tidak pernah ingkar janji; Ia juga setia. Dalam keadaan seperti itu, Tuhan memberikan sebuah janji kepada umat-Nya bahwa Ia akan mengumpulkan mereka kembali dan memulihkan kemuliaan mereka. Bahkan Tuhan akan membuat Israel terkagum-kagum akan pemeliharaan-Nya yang melebihi batas pemikiran manusia (ayat 21).

Dalam hidup ini, kita sering mengalami situasi yang membuat kita putus asa dan berpikir bahwa Tuhan meninggalkan kita. Tetapi, pengalaman Israel dapat menjadi contoh bagi kita semua, bahwa dalam keadaan yang tak berpengharapan pun masih ada Allah yang setia menyertai manusia. Hal ini juga yang diungkapkan oleh Raja Daud dengan begitu dalam. Sebuah penghayatan akan penyertaan Tuhan membuat dia berkata: “Sekalipun aku berjalan dalam lembah kekelaman, aku tidak takut bahaya, sebab Engkau besertaku” (Mzm. 23:4).

Tuhan tidak akan berubah. Jika dahulu Tuhan menyertai Israel, maka hari ini Tuhan yang sama masih akan melakukan hal yang sama bagi kita. Hal yang perlu berubah adalah sikap kita dalam menghadapi persoalan. Kita harus memilih antara mengandalkan pikiran manusia yang terbatas dan menyebabkan keputusasaan, atau memercayai penyertaan Tuhan yang melampaui batas pikiran manusia.
Amin, Tuhan Yesus memberkati