Sabtu, 24 September 2022

Belajar menjadi bijak
Amsal 26:1-16
“Jangan menjawab orang bebal menurut kebodohannya, supaya jangan engkau sendiri menjadi sama dengan dia.” (ayat 4)

Belajar adalah aktivitas mental atau psikis yang dilakukan oleh seseorang, sehingga menimbulkan perubahan tingkah laku yang berbeda antara sebelum dan sesudah belajar. Aktivitas ini sudah dilakukan setiap orang sejak mereka masih bayi. Jika tidak ada perubahan, maka pertumbuhan si bayi menjadi keprihatinan bagi orang tuanya.

Agaknya penulis amsal memberikan gambaran mengenai seseorang yang tidak pernah mau berubah melalui proses belajar. Orang seperti ini disebut sebagai seorang bebal dan pemalas. Seperti salju di musim panas dan dan hujan di musim panen (ayat 1), maka kehormatan yang diberikan kepada mereka merupakan hal yang sia-sia. Bahkan kepercayaan yang diberikan kepada orang bebal cenderung menjadi kontraproduktif. Sebab dengan kebebalannya, mereka tidak menghasilkan hal positif apapun, selain hal yang negatif (ayat 6-9). Bentuk kepercayaan apapun yang diberikan kepada orang bebal dapat berakibat fatal bagi orang yang memercayakan (ayat 10). Selain itu, ia akan kembali mengulangi kesalahan yang pernah dilakukannya (ayat 11).

Sedangkan seorang pemalas menurut pengamsal kurang lebih sama dengan orang bebal. Mereka melihat masalah tetapi tidak berusaha menyelesaikannya (ayat 13), malahan berputar-putar pada masalah yang sama dan tidak mau beranjak dari tempatnya (ayat 14). Jadi, seorang bebal dan pemalas memiliki ciri khas yang sama, yaitu mereka merasa lebih bijak daripada orang lain (ayat 12, 16).

Gambaran orang bebal dan pemalas sangat banyak dijumpai di Alkitab. Ada kalanya kita merasa lebih bijak daripada orang lain. Tanpa disadari, kita justru berperilaku seperti orang bebal. Disini kita melihat bahwa orang bijak bukanlah orang yang menganggap dirinya bijak, tetapi orang yang mau belajar dari kesalahan dan tidak mengulanginya. Dengan demikian, ia menjadi orang yang dapat dipercaya dan dapat mengerjakan pekerjaannya dengan baik.

Sejauh mana kita dapat dipercaya orang lain dan hal itu menjadi penentu apakah kita bebal atau tidak. Marilah kita belajar menjadi bijak. Amin
Tuhan Yesus memberkati