Mengatasi Perpecahan

Dalam kehidupan sosial, baik itu dalam area yang besar  seperti suatu bangsa/negara bahkan yang terkecil dalam keluarga, seringkali terjadi perselisihan yang bisa memicu terjadinya perpecahan. Demikian juga dalam kehidupan bergereja, banyak masalah-masalah internal gereja yang bisa memicu terjadinya perselisihan dan perpecahan.

Tentunya Tuhan tidak menginginkan hal ini terjadi karena salah satu dari tujuan Gereja yaitu hidup dalam sebuah persekutuan. Untuk kita mampu hidup dalam persekutuan maka kita harus mampu untuk mengatasi setiap perselisihan sehingga  tidak berkepanjangan dan  tidak menimbulkan perpecahan.

Ada beberapa hal yang harus kita lakukan yaitu:

  1. Mengerti perbedaan karunia dan fungsi dalam Gereja (1 Kor 1:10 ; 12:12-30). Perpecahan di Gereja Korintus diakibatkan oleh karena ada orang-orang yang lebih mengedepankan sosok figur-figur tertentu dalam Gereja, sehingga terjadi perpecahan. Maka Paulus mengingatkan bahwa ada perbedaan fungsi dan perbedaan karunia, dan semuanya itu baik karena semua mengerjakan satu tujuan yaitu untuk kemuliaan Tuhan. Dalam Gereja kita harus mengerti bahwa kita  adalah satu tubuh Kristus dan      memiliki karunia yang berbeda-beda, dan semuanya saling bergantung satu dengan yang lain.
  2. Memiliki ketaatan akan setiap nasihat dari pemimpin rohani (Fil 4:2), keadaan Gereja di Filipi bergejolak karena rekan sesama pelayan (Euodia dan Sintikhe) mengalami perselisihan. Paulus sebagai pemimpin rohani yang     memiliki hak  untuk menasehati akhirnya menasehati dan bahkan menegur mereka supaya tetap sehati dan sepikir.

Perselisihan kadang tidak bisa terelakkan dalam kehidupan bergereja karena memang kepribadian satu dengan yang lain berbeda. Akan tetapi, kita sudah diberikan solusi bagaimana kita mengatasi perpecahan yaitu dengan menyadari bahwa kita adalah satu tubuh Kristus dan siap (taat) untuk dinasehati.