Ibrani 12:18-29
“Sebab Allah kita adalah api yang menghanguskan.” (ayat 29)
Allah tidak berubah. Sejak dulu, sekarang, dan selamanya, Ia tetap Allah yang kudus dan tidak pernah berkompromi dengan dosa. Ia pasti akan menghukum orang yang tidak bertobat. Akan tetapi, Allah pun tidak berubah dalam kasih-Nya. Ia senantiasa siap untuk mengampuni dan memulihkan orang yang bertobat.
Sekali lagi, penulis Ibrani mengingatkan bahwa orang percaya tidak lagi harus hidup dalam ketakutan akan hukuman Allah yang dahsyat, seperti yang pernah terjadi pada umat Israel, ketika Allah datang menghampiri mereka di Gunung Sinai (ayat 18-21). Karena, di dalam Kristus Allah hadir untuk menyatakan kasih dan pengampunan-Nya (ayat 22-24). Gunung Sinai dan Bukit Sion melambangkan kehadiran Allah yang menghukum manusia berdosa dan kehadiran Allah yang memberkati. Jika darah Habel dulu menghakimi Kain yang telah membunuhnya (Kej 4:10-11), maka darah Tuhan Yesus justru menebus manusia yang telah menyalibkan-Nya (ayat 24). Atas dasar inilah penulis Ibrani sekali lagi menasihati para pembaca kitab Ibrani supaya mereka tidak lagi memikirkan untuk berpaling dari Allah (ayat 25). Penolakan terhadap Allah sama saja dengan menolak kedaulatan Sang Pemilik alam semesta dan hidup ini (ayat 26). Sebaliknya, mereka harus sujud menyembah Dia dan melayani-Nya dengan penuh ucapan syukur (ayat 28).
Hormat dan takut orang percaya kepada Allah berbeda dari rasa takut orang-orang berdosa, sebab orang percaya telah diampuni dosa-dosanya oleh Kristus. Takut bagi orang percaya bermakna tidak ingin menyakiti ataupun mengecewakan Tuhan karena Dia sudah menebus umat-Nya. Oleh karena itu, hormat dan takut umat Tuhan harus kita wujudkan dalam ibadah dan ucapan syukur serta kehidupan sehari-hari yang berorientasi memuliakan Dia.
Allah adalah api yang menghanguskan segala dosa dan ketidakmurnian. Oleh karena itu, kita harus hidup dalam kesucian dan ketulusan bagi Dia. Amin
Tuhan Yesus memberkati