Rabu, 15 Maret 2023 ( Untuk melayani, bukan dilayani)

Matius 20:17-28
“sama seperti Anak Manusia datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan untuk memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang.” (ayat 28)

Berapa banyak dari kita yang dulu waktu kecil bercita-cita menjadi pelayan? Bukan ‘pelayan’ dalam arti hamba Tuhan atau pejabat pemerintahan, yang memahami diri harus ‘melayani’ orang lain, tetapi tetap menempati strata sosial yang lumayan tinggi. Mestinya tidak ada dari kita yang pernah bercita-cita mengantar pesanan, membersihkan kotoran, dll. Pekerjaan seperti ini tak bergengsi, penghasilannya pun pas-pasan. Namun justru pekerjaan seperti ini diacu oleh kata-kata Tuhan Yesus di nas ini.

Nas hari ini memuat dua penjungkirbalikan dugaan manusiawi. Pertama, Sang Mesias hadir bukan untuk memimpin pemberontakan militer yang sukses, tetapi untuk membiarkan diri ditangkap, “… diolok-olokkan, disesah dan disalibkan, dan pada hari ketiga Ia akan dibangkitkan” (ayat 19). Pembalikan kedua menegaskan bahwa tidak seperti pemerintah bangsa yang menjalankan kekuasaan lewat kekerasan (atat 25), mereka yang ingin menjadi terbesar di antara para murid justru mesti menjadi hamba saudara-saudaranya (ayat 26-27). Melalui tindakan ini, sang murid meneladani Gurunya sendiri, yaitu Yesus (ayat 28). Kata-kata Yesus ini menjelaskan makna perkataan-Nya di ayat 22-23 sekaligus mengecam ketidakmauan para murid untuk rendah hati, baik kedua bersaudara anak-anak Zebedeus maupun para murid yang lain. ‘Cawan’, yang di dalam nas ini dimaknai sebagai kematian Yesus, bahwa Yesus siap “untuk melayani dan untuk memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang.” Jadi jati diri seorang murid ditentukan oleh mau tidaknya ia meneladani Tuhannya. Jika tidak, ia bukan murid Tuhan Yesus yang sejati.

Nas ini menggugat kita, apakah kita siap melayani dalam arti menjadi hamba bagi sesama tanpa menuntut penghargaan? Mungkin kita sudah melakukan pelayanan yang tepat, tetapi itu tidak cukup. Kita mesti memiliki motivasi yang benar, karena sangatlah gampang seorang Kristen terperangkap jebakan duniawi berupa melayani demi/asal dihargai. Pelayanan yang dilakukan tanpa sikap hati yang merendahkan diri dan melayani, justru menistakan teladan Yesus.
Karena itu, marilah kita melayani dengan sikap hati yang benar dan tetap meneladani Yesus, Sang Guru kita. Amin
Tuhan Yesus memberkati