Kesejatian umat Tuhan

Roma 2:17-29
“Tetapi orang Yahudi sejati ialah dia yang tidak nampak keyahudiannya dan sunat ialah sunat di dalam hati, secara rohani, bukan secara hurufiah. Maka pujian baginya datang bukan dari manusia, melainkan dari Allah.” (ayat 29)

Adalah suatu kenyataan ironis, di negara hukum penegak-penegak hukumnya justru nomor satu dalam melanggar hukum. Perikop ini jelas ditujukan Paulus kepada orang-orang berlatar belakang Yahudi. Bagi mereka, dosa-dosa seperti yang dipaparkan di pasal 1:18-32 tidak mungkin mereka lakukan. Hanya orang kafirlah yang melakukannya. Alasan mereka adalah karena mereka umat yang memiliki Hukum Taurat.

Paulus dengan tegas mengecam kesimpulan seperti itu karena walaupun mereka menyebut diri penerima Taurat bahkan pengajar Taurat, kenyataannya mereka adalah pelanggar nomor satu Taurat (ayat 17-22). Justru fakta sejarah Perjanjian Lama menunjukkan kebobrokan moral umat Israel yang membusukkan nama Tuhan mereka di tengah-tengah bangsa kafir (Yes. 52:5 ; Rm. 2:24). Memiliki Taurat memang berguna karena dapat memberikan petunjuk hidup bagaimana sesuai dengan kehendak Allah. Bersunat pun berguna karena menjadi tanda seseorang anggota umat Perjanjian Allah. Namun semua hal itu tidak ada gunanya, kecuali mereka benar-benar umat Allah. Tanda kesejatian umat Allah adalah bukan bersunat atau berhukum Taurat melainkan melakukan Taurat sebagaimana yang Allah kehendaki. Kesejatian umat Allah adalah sunat hati, yaitu hati yang mengalami pembersihan dan dihidupkan oleh Roh sehingga motivasinya adalah untuk memuliakan dan menyenangkan hati Tuhan.

Tanda-tanda lahiriah kekristenan, seperti dibaptis, memiliki nama Kristen, memakai kalung salib, dll., tidak menjadi jaminan seseorang adalah Kristen sejati. Kristen sejati adalah ia yang memiliki Kristus di dalam hatinya yang diwujudnyatakan dalam tindakannya yang kudus dan benar. Orang demikian akan menerima pujian dari Allah bukan manusia (ayat 29b).
Amin, Tuhan Yesus memberkati