Jumat, 12 November 2021 Upah Nabi Palsu

2 Petrus 2:11-22
“Sebab jika mereka, oleh pengenalan mereka akan Tuhan dan Juruselamat kita, Yesus Kristus, telah melepaskan diri dari kecemaran-kecemaran dunia, tetapi terlibat lagi di dalamnya, maka akhirnya keadaan mereka lebih buruk dari pada yang semula.” (ayat 20)

Paparan di perikop ini sungguh menggentarkan hati. Setara mungkin kalau kita membaca Roma 1:18-32 ketika Paulus memaparkan kekejian orang yang hidup dikuasai oleh nafsu dosa yang begitu menjijikkan tanpa kenal malu. Para pengajar sesat di sini diumpamakan Petrus sebagai binatang yang tidak berakal (ayat 12).

Mengapa mereka bisa berperilaku demikian? Sama seperti yang dikatakan Paulus di Roma 1:18, mereka “menindas kebenaran dengan kelaliman”. Petrus di sini menuduh mereka angkuh (ayat 10b, 18) dan penuh penghujatan kepada Allah. Para malaikat dalam kegeraman mereka terhadap orang-orang ini tetap menjaga kata-kata mereka di hadapan Allah. Orang-orang ini seperti tidak punya kepekaan apa-apa terhadap kekudusan dan kemuliaan Allah. Mereka melakukan dosa tanpa merasa ngeri atau jijik. Mereka memperdaya orang lain dengan hawa nafsu (ayat 14, 18-19) tanpa merasa bahwa perbuatan mereka lebih pantas dilakukan oleh binatang liar. Ilustrasi kebebalan mereka adalah Bileam, yang walaupun sudah dinasihati oleh keledainya, tetap saja memilih mengutuki umat Tuhan demi mendapat upah (lihat Bil 22-23).

Yang lebih mengerikan lagi adalah mereka berasal dari tengah-tengah jemaat yang sudah menerima dan mengalami banyak anugerah Tuhan, mencicipi keselamatan dari Tuhan, akan tetapi kemudian sengaja meninggalkannya demi mengikuti hawa nafsu kedagingan mereka (ayat 20). Peribahasa yang tepat untuk mereka adalah, “seperti anjing kembali ke muntahannya, dan babi yang mandi kembali lagi ke kubangannya.” (ayat 22). Tuhan pasti membinasakan mereka karena perbuatan mereka adalah murtad dan memurtadkan orang lain juga.

Marilah kita berjaga-jaga senantiasa, agar kita tidak masuk kepada golongan yang dituliskan oleh Petrus tersebut. Karena itu kita harus hidup dalam kekudusan dan kebenaran, menjaga diri dari godaan untuk melampiaskan hawa nafsu kedagingan. Hanya satu cara untuk tidak terjebak ke dalam nafsu duniawi, bersekutu terus dengan Tuhan lewat membaca-gali Alkitab dan berdoa. Amin
Tuhan Yesus memberkati