Jumat, 29 September 2023 (Puncak pemberontakkan)

Kisah Para Rasul 7:44-53
“Hai orang-orang yang keras kepala dan yang tidak bersunat hati dan telinga, kamu selalu menentang Roh Kudus, sama seperti nenek moyangmu, demikian juga kamu.” (ayat 51)

Bagian akhir khotbah Stefanus ini bernada sangat keras. Pemaparan fase demi fase kehidupan umat Israel yang berisikan kekeraskepalaan dan pemberontakan umat ternyata membangkitkan rasa marah bercampur sedih dalam diri Stefanus.

Sebenarnya walaupun umat Tuhan sejak permulaan terus menerus menolak Allah dengan berbagai tingkah polah mereka, Allah tetap memelihara mereka dengan penuh kasih dan kesabaran. Meski penghukuman Tuhan mereka rasakan dalam hampir setiap fase kehidupan mereka, itu disebabkan oleh kasih-Nya yang menginginkan yang terbaik bagi umat-Nya. Kemah suci yang didirikan di tengah pemukiman Israel dan yang kemudian hari didirikan oleh Salomo (ayat 47) adalah bukti nyata penyertaan Allah atas umat yang Ia kasihi. Ternyata hidup mereka tidak berubah menjadi lebih baik dan setia kepada Tuhan. Rumah Tuhan yang seharusnya menjadi tempat ibadah kepada Tuhan dipakai sebagai simbol bahwa Tuhan pasti memberkati mereka apapun yang mereka lakukan. Kita tahu bahwa para nabi mengecam kemunafikan mereka yang memelihara ritual di Bait Allah sementara mereka terlibat dalam berbagai kejahatan moral dan sosial (Am 5:21-24). Mereka juga terus menerus menolak teguran Tuhan lewat para nabi-Nya. Mereka bahkan menganiaya dan membunuh para nabi tersebut. Menurut Stefanus, puncak pemberontakan mereka adalah bukan hanya menolak pemberitaan para nabi yang menunjuk kepada Mesias yang akan datang, mereka malah membunuh “Orang Benar” yang adalah Sang Mesias (ayat 51-53).

Kiranya Roh Kudus menyadarkan kita, bila kita bebal dan tegar tengkuk seperti umat Israel saat itu. Betapa kita tidak tahu diri, bila memiliki hidup yang dipelihara oleh Tuhan dalam kasih karunia, tetapi respons kita adalah menolak Dia. Masihkah kita merasa pantas diberkati? Bukankah seharusnya kita tersungkur dengan rasa takut dan malu, serta memohon ampun dan belas kasih-Nya?
Amin, Tuhan Yesus memberkati