Matius 27:32-44
“Maka sampailah mereka di suatu tempat yang bernama Golgota, artinya: Tempat Tengkorak.” (ayat 33)
Penyaliban merupakan salah satu bentuk hukuman mati yang paling sadis dan kejam yang pernah diciptakan manusia. Sebelum disalibkan, terpidana mati akan mengalami berbagai siksaan dan cambukan dan juga harus memikul palang kayunya sendiri menuju tempat penyaliban. Tujuan penyaliban ialah agar terpidana mengalami penderitaan yang tidak tertahankan dan kematian secara perlahan-lahan.
Dalam peristiwa penyaliban, Yesus mengalami banyak penderitaan baik penderitaan fisik maupun batiniah. Secara fisik Ia disiksa sebelum dipakukan di salib (ayat 27-31). Ia mengalami penderitaan batiniah karena penolakan orang-orang yang Ia kasihi, umat-Nya Israel yang pernah menikmati pelayanan kasih-Nya. Orang banyak dan para musuh-Nya mencemooh Diri-Nya (ayat 39-43). Demikian juga para prajurit (Luk. 23:36-37) dan bahkan para penjahat yang sudah selayaknya mati (ayat 44).
Namun Yesus secara sukarela dan taat melaksanakan kehendak Bapa. Melalui jalan salib di bukit Golgota yang penuh penderitaan dan berujung pada kematian, Yesus menebus dan mengampuni orang berdosa. Karya yang sarat penderitaan ini berdampak dahsyat bagi keselamatan mereka yang seharusnya mengalami kebinasaan kekal.
Bagaimana seharusnya respons kita terhadap pengorbanan Yesus yang begitu habis-habisan? Seharusnya kita penuh dengan ucapan syukur dan bahkan kerelaan untuk mengikut Dia, serta memikul salib masing-masing demi karya penyelamatan Yesus di salib dapat dialami juga oleh orang lain. Beritakanlah karya kasih Kristus di salib ini kepada semua orang. Nyatakanlah kesaksian kita dengan berani, bahkan siaplah menderita demi Injil keselamatan sampai kepada setiap orang yang membutuhkannya.
Amin, Tuhan Yesus memberkati