Dampak Kematian Kristus

Matius 27:45-66
“Kira-kira jam tiga berserulah Yesus dengan suara nyaring: “Eli, Eli, lama sabakhtani?” Artinya: Allah-Ku, Allah-Ku, mengapa Engkau meninggalkan Aku?” (ayat 46)

Puncak penderitaan Yesus bukan fisik maupun batin, tetapi rohani. Dengan menanggung dosa seisi dunia, penderitaan rohani-Nya begitu dahsyat. Hal ini terungkap dari pernyataan Yesus, “Allah-Ku, Allah-Ku, mengapa Engkau meninggalkan Aku?” Begitu dahysatnya sehingga alam pun ikut bergoncang. Langit menjadi gelap selama 3 jam sebagai tanda kegelapan dosa seluruh dunia ditimpakan atas diri Yesus. Kegelapan itu pun tanda bahwa Yesus sementara waktu harus mengalami keterpisahan dari Bapa yang tidak pernah terjadi selama ini, karena saat itu Bapa memperlakukan Dia sebagai orang berdosa.

Pengorbanan Yesus sempurna dan diterima Bapa. Tuntutan keadilan Bapa atas dosa sudah dibayar lunas melalui kematian-Nya. Bukti dan dampak penerimaan Bapa atas karya Anak ditunjukkan oleh tindakan Ilahi yang membelah tabir Bait Suci sebagai tanda hubungan antara Allah dan manusia telah dipulihkan. Dampaknya juga nyata melalui gempa bumi dan bukit batu terbelah yang menandakan hadirat Allah sedang bekerja dan melalui kematian Yesus, dosa dan maut pun telah dikalahkan, yang ditandai dengan kebangkitan awal orang-orang kudus dari kebangkitan akhir pada zaman akhir. Semua fenomena ini menimbulkan pengakuan iman dalam diri pemimpin pasukan dan anak buahnya (Yoh 12:32) bahwa Ia adalah Anak Allah. Beberapa perempuan tetap setia mengikuti Dia dan ikut menyaksikan kedahsyatan penderitaan Yesus dan peristiwa yang menyertai kematian Yesus.

Bagi kita, Yesus telah mati dan juga telah bangkit. Dosa kita boleh dihapuskan, persekutuan kita dengan Allah dimungkinkan. Kita dilayakkan untuk melayani Dia. Kelak kita akan menikmati surga kekal dalam kemuliaan. Amin
Tuhan Yesus memberkati