Selasa, 10 Agustus 2021 Manusia Allah

1 Timotius 6:11-21
“Tetapi engkau hai manusia Allah, jauhilah semuanya itu, kejarlah keadilan, ibadah, kesetiaan, kasih, kesabaran dan kelembutan.” (ayat 11)

Kita mengenal sebutan manusia super, manusia setengah dewa, manusia robot, manusia serigala, dan lain sebagainya. Kata yang ditambahkan setelah kata “manusia” itu memberikan keterangan atau sifat dari manusia tersebut. Menarik sekali cara Paulus menutup suratnya kepada Timotius. Pada perikop terakhir dari suratnya, Paulus menyebut Timotius sebagai manusia Allah. Sebutan ini bukan menunjukkan bahwa Timotius manusia setengah dewa, yang memiliki kekuatan adidaya. Sebutan “manusia Allah” ini dipakai Paulus kepada Timotius untuk menunjukkan bahwa ia adalah abdi Allah atau manusia yang dimiliki Allah. Sebutan yang sama juga diberikan kepada Musa (Ul 33:1) dan Samuel (1 Sam 9:6).

Paulus menasihatkan Timotius, sebagai manusia Allah harus menjauhi semua hal yang tidak baik, dan sungguh-sungguh berusaha mengejar “keadilan, ibadah, kasih, kesabaran, dan kelembutan” (ayat 11). Sifat-sifat ini harus menjadi bagian dari hidupnya sebagai seorang manusia Allah. Karena itu, di ayat selanjutnya Paulus mengambil gambaran dari sebuah pertandingan. Ia harus bertanding karena kondisi yang dihadapinya berat. Ia juga harus “merebut hidup yang kekal” (ayat 12), bukan dalam arti mencapai keselamatan hidup kekal dengan usahanya sendiri, tetapi dalam arti menunjukkan bahwa dirinya sungguh-sungguh adalah pemenang dalam pertandingan ini. Caranya adalah dengan menuruti “perintah ini, dengan tidak bercacat dan tidak bercela” (ayat 14a), dan dengan memelihara apa yang telah dipercayakan kepadanya, baik pelayanannya maupun orang-orang yang dilayaninya (ayat 20). Allah dan Kristus Yesus menjadi saksi Timotius (ayat 13), dan pada akhirnya nama Yesus akan dimuliakan sebagai hasil dari perjuangannya (ayat 16).

Paulus meminta Timotius untuk mengikuti nasihat ini karena Yesus Kristus adalah “Raja di atas segala raja dan Tuan di atas segala tuan” (ayat 15). Fakta ini cukup kuat untuk menjadi dasar bagi tingkah laku orang percaya, “Yesus adalah raja atas hidup saya dan tiap bagiannya!” Prinsip itu juga harus berlaku bagi setiap orang yang percaya kepada Tuhan Yesus Kristus. Sekali lagi Paulus menasihati agar Timotius memperingatkan para orang kaya agar tidak mengandalkan kekayaan harta mereka dan menjadi tinggi hati, tetapi hanya berharap sepenuhnya kepada Allah saja (ayat 17-19). Perbuatan baik mereka menjadi tanda yang menghidupkan pengharapan mereka.

Ketika kita percaya Kristus, kita adalah manusia Allah dan bukan manusia duniawi. Kita milik Allah dan mengabdi kepada Dia, sang Pemilik hidup kita. Oleh karena itu, sudah sepantasnya kita mengejar hal-hal yang rohani, bukan hal-hal yang duniawi; mengejar karakter dan kekayaan rohani, bukan kekayaan duniawi. Amin
Tuhan Yesus memberkati