Mati Segan Hidup Tak Mau

Mungkin hampir 100% dari kita pernah mendengar pepatah yang mengatakan “Mati Segan Hidup Tak Mau”. Tapi apakah kita pernah merenungkan secara mendalam arti dari pepatah tersebut? Secara harafiah pepatah tersebut menggambarkan kondisi seseorang yang benar-benar sudah tidak punya harapan, ke kiri salah, kekanan jurang. Tidak mati, tidak juga hidup. Bahkan jika pepatah tersebut dibalik menjadi “Hidup Segan Mati Tak Mau”, tetap akan memiliki makna yang sama.

Bagaimana dengan kerohanian kita? Apakah selama ini kita juga sering mengalami pasang surut dalam perkembangan rohani? Sehingga dapat di katakan kalau kehidupan rohani kita juga “Mati Segan Hidup Tak Mau”? Bagaimana nasib kehidupan rohani yang setengah-setengah ini dimata Tuhan? Kali ini, mari kita lihat dalam Wahyu 3:15-16 yang demikian firman Tuhan:

“15. Aku tahu segala pekerjaanmu: engkau tidak dingin dan tidak panas. Alangkah baiknya jika engkau dingin atau panas!
16.  Jadi karena engkau suam-suam kuku, dan tidak dingin atau panas, Aku akan memuntahkan engkau dari mulut-Ku.”

Dalam ayat 15, kembali dengan tegas Tuhan menyuruh kita untuk tidak setengah-setengah dalam menjalani hidup kekristenan. Kita diberi dua pilihan oleh Tuhan, panas atau dingin. Panas artinya kita benar-benar 100% hidup dalam kehendak Tuhan, dan giat dalam melayani Dia. Kehidupan seperti ini tentunya yang dirindukan oleh Tuhan untuk kita jalani. Tetapi Tuhan juga memberi pilihan untuk dingin. Artinya, kita sama sekali tidak mengerti apa-apa tentang hidup kekristenan, tidak kenal bahkan melawan Tuhan. Kehidupan kristen yang dingin akan lebih mudah untuk diinjili dan dimenangkan dalam pengenalan akan Tuhan Yesus  Kristus. Lalu bagaimana jika kita sudah mengerti tentang kekristenan, tetapi, kehidupan kita jauh panggang dari api?

Resiko jika kehidupan kekristenan yang berada ditengah-tengah antara panas dan dingin, dengan jelas Tuhan mengatakan dalam ayat 16, bahwa Dia akan memuntahkan kita, artinya Dia tidak berkenan akan kehidupan kita. Kondisi yang setengah-setengah ini (suam-suam kuku), justru akan semakin berat untuk dimenangkan, karena ketika kita akan mencoba untuk menginjili pribadi suam-suam kuku ini, akan muncul penolakan. Mereka mungkin sudah kristen sejak lahir, tetapi mereka tidak mengerti akan kebenaran Firman Tuhan, dan pastinya akan muncul perdebatan panjang.

Jadi marilah kita menjalani hidup kekristenan dalam kondisi yang panas, hidup setengah-setangah dalam pengenalan akan Tuhan, tidak berkenan dihadapan-Nya, bahkan kita akan dimuntahkan. Jika kita merasa masih dingin, marilah membuka hati untuk menerima Yesus Kristus sebagai juru selamat. (AP)