Bersyukurkah Kita?

Hampir tiap hari Saya melihat stiker yang bertuliskan “BERSYUKURKAH KITA” di kaca belakang mobil-mobil pribadi yang berlalu-lalang di Jakarta. Sekedar illustrasi, stikernya kecil ukuran 10×15 cm berwarna ungu dan  putih. Bagi Saya pribadi, kata-kata BERSYUKUR selalu ajaib. Ajaib dalam arti kata-kata tersebut membuat Saya selalu merasa makin kecil dimata Tuhan. Merasa tidak ada apa-apa nya, dan juga semakin menghargai sesama.

Bersyukur adalah suatu rasa yang ada dalam diri manusia ketika membandingkan keadaan yang dia alami dengan orang lain. Rasa bersyukur akan timbul jika kita selalu memandang ke-bawah, dan bukan ke-atas. Bersyukur adalah universal, manusia setidaknya pasti memiliki rasa ini. Kenapa Saya bilang setidaknya, karena ada juga orang-tertentu tertentu yang tidak pernah merasa bersyukur atas apa yang dimiliki. Biasanya orang-orang tipe ini adalah yang tidak pernah puas dan selalu menganggap rumput tetangga lebih hijau.

Bersyukur jangan disalah artikan sebagai sebuah tameng untuk tidak berkembang. Maksudnya bukan berarti kalau kita terus-terus bersyukur kita diwajibkan untuk puas dengan kondisi sekarang. Cobalah memandang  rasa bersyukur sebagai seuatu ungkapan bahwa kita mengakui diatas langit ada langit, dan tentunya pengakuan secara jujur akan kelemahan dan kelebihan yang kita miliki.

Tulisan ini bukanlah sebuah khotbah religius, tetapi sebuah ungkapan dari sisi kemanusiaan yang Saya miliki. Saya hanya ingin membagikan bagaimana perasaan yang Saya alami ketika mengucap syukur atas apa yang telah Saya terima dan yang Saya yakini dengan benar merupakan curahan dari Tuhan, Tuhan yang juga Saya yakini kebenaran-Nya, Yesus Kritus.

Dalam suatu khotbah Minggu di gereja, saya semain tersentak, ketika gereja kami kedatangan Pendeta tamu yang memberikan pencerahan tentang rasa bersyukur. Beliau cukup jeli dengan memberikan illustrasi perbandingan antara apa yang kita punya dengan apa yang tidak dimiliki orang lain. Cukup mengena sasaran dan menohok keras sisi kemanusiaan Saya. Saya semakin yakin, sekiranya setiap orang, minimal di negri kita tercinta Indonesia, masing-masing memiliki rasa bersyukur untuk sesuatu yang sudah dia miliki, mungkin negara kita akan jauh lebih baik. Saya tidak bilang pasti, tapi mungkin, terlalu sempit untuk menjadikan kata-kata SYUKUR sebagai sebuah parameter keberhasilan suatu negara. Tapi kalau ukurannya adalah pribadi, maka ketika kita mengucap rasa syukur akan membuat hati kita akan selalu sejuk dan bersuka cita.

Ada 5 langkah yang mungkin dapat Saya tonjolkan sebagai sebuah cara yang efektif supaya kita selalu merasa bahwa apa yang kita terima adalah sebuah karunia dari Tuhan dan harus kita syukuri:

1. Selalulah melihat kebawah (jangan pernah menganggap rumput tetangga lebih hijau).
2. Jika kita sudah rela meng-komparasi (membandingkan) dengan yang dibawah, secara otomatis sisi kemanusiaan kita akan merasa bersyukur, karena kita masih lebih baik dengan yang lain.
3. Kalau kita merasa ada orang lain yang masih kekurangan, maka kita akan dengan suka rela berbagi untuk yang kekurangan.
4. Jika kita sudah bersyukur dan berbagi, secara otomatis tidak akan ada lagi gontok-gontokan, benci-bencian, sikut-sikutan, pokoknya yang aneh-anehlah. Jadi kehidupan sosial kita akan teras sejuuuk dan tidak panas seperti suhu politik jelang pemilu 2009.
5. Ini adalah yang paling penting. Jika kita merasa sudah dibawah, tersungkur dan jatuh tidak berdaya, maka selalu ingat dan kembali ke langkah pertama (1).