Senin, 22 Maret 2021 Mempersembahkan hidup

Roma 12:1-5
“Karena itu, saudara-saudara, demi kemurahan Allah aku menasihatkan kamu, supaya kamu mempersembahkan tubuhmu sebagai persembahan yang hidup, yang kudus dan yang berkenan kepada Allah: itu adalah ibadahmu yang sejati.” (ayat 1)

Banyak orang memahami ibadah dalam arti menghadiri kebaktian gereja, berdoa, menyanyikan pujian, dan memberikan uang persembahan. Paulus mengatakan bahwa ibadah yang sejati tak dapat dipisahkan dari konsep mempersembahkan diri sepenuhnya kepada Tuhan (ayat 1-2) dan konsep hidup berjemaat sebagai tubuh Kristus (ayat 3-5).

Ibadah yang sejati adalah mempersembahkan seluruh kehidupan kita. Kata “mempersembahkan” di dalam PL berkaitan dengan para imam yang mempersembahkan korban kepada Tuhan. Ada syarat agar korban berkenan kepada Tuhan. Dalam konteks ibadah kita saat ini (dalam PB) : pertama, Tuhan menerima persembahan yang hidup. Seperti tradisi PL, hanya hewan hidup (bukan bangkai) yang dipersembahkan. Namun, berbeda dengan PL, korban kita saat ini tidak disembelih, mati dan habis dibakar karena korban itu adalah yaitu seluruh hidup dan kapasitas kita.
Kedua, Tuhan menerima persembahan hidup yang kudus dan tidak bercela, yaitu l seluruh kehidupan kita yang sudah dikhususkan bagi kemuliaan nama Tuhan, sehingga berbuahkan moralitas yang memuliakan Allah.
Ketiga, Tuhan menerima persembahan yang berkenan kepada-Nya, yaitu hidup yang selalu menyenangkan-Nya.

Bagaimana kita melakukan ibadah yang sejati? Dengan tidak mengikuti kehidupan duniawi, tetapi mengikuti perilaku yang lahir dari akal budi yang telah diperbarui Tuhan. Akal budi yang diubahkan ini akan memimpin hidup kita dalam kehendak-Nya. Ibadah yang sejati bukan urusan pribadi semata melainkan tanggung jawab umat untuk menjadi satu di dalam Kristus, saling membangun dan melayani. Ibadah bersifat bersama. Sebagai bagian dari persekutuan anak-anak Tuhan, setiap pribadi tidak boleh berpikir terlalu tinggi mengenai diri sendiri. Biarlah setiap kita menilai diri kita dan berkarya sesuai dengan karunia yang dianugerahkan Tuhan, sehingga kesatuan dan keefektifan ibadah terlihat hasilnya. Mempersembahkan hidup kepada Tuhan adalah memberikan diri melayani sesama.
“Apakah hidupku telah kupersembahkan kepada-Nya?”
Amin, Tuhan Yesus memberkati