1 Timotius 2:1-7
“Pertama-tama aku menasihatkan: Naikkanlah permohonan, doa syafaat dan ucapan syukur untuk semua orang,” (ayat 1)
Martin Luther pernah berkata: “Menjadi orang Kristen tanpa doa adalah sama tidak mungkinnya dengan hidup tanpa bernafas.” Dalam doa kita berkomunikasi secara pribadi dengan Allah.
Dalam suratnya kepada Timotius, nasihat pertama yang Paulus berikan kepadanya adalah tentang doa. Ia mendorong Timotius menggerakkan jemaat untuk menaikkan permohonan, doa syafaat, dan ucapan syukur (ayat 1). Semua itu dipanjatkan bukan untuk kepentingan pribadi, melainkan untuk semua orang dan para pemimpin (ayat 1-2).
Alasan pertama yaitu agar jemaat di Efesus dapat hidup tenteram dalam kesalehan dan kehormatan (ayat 2). Dengan mendoakan, umat Allah sesungguhnya sedang mewujudkan kepedulian dan kesaksian yang baik.
Selain itu, alasan kedua adalah karena itu dipandang baik dan berkenan kepada Allah (ayat 3). Doa-doa yang kita panjatkan berisi tentang Allah yang rindu untuk menyelamatkan manusia berdosa melalui karya Kristus Yesus sehingga dapat menjadi kesaksian bagi banyak orang yang belum mengenal Allah (ayat 4-6). Paulus menegaskan bahwa untuk alasan yang sama itulah ia ditetapkan sebagai pemberita dan rasul Allah (ayat 7). Artinya, ketika kita berdoa bagi orang lain dan para pemimpin, doa-doa yang kita panjatkan kepada Allah itu pun dapat menjadi kesaksian dan pemberitaan keselamatan dan kasih Allah. Betapa dahsyatnya kuasa doa itu.
Jika kita memahami pentingnya doa dari sudut pandang ini, percayalah bahwa kehidupan doa Saudara tidak akan pernah membosankan lagi sebab kita paham betul seberapa besar dampaknya bagi orang lain. Mulai hari ini, luangkanlah waktu khusus untuk mendoakan orang lain (anggota keluarga, rekan sekerja, rekan pelayanan, sahabat, teman, tetangga, dll) dan para pemimpinmu (pemimpin gereja, pemimpin di tempat Saudara bekerja, maupun pemimpin bangsa kita). Nantikan dan saksikanlah Allah bekerja di dalam kehidupan mereka. Amin
Tuhan Yesus memberkati