Selasa, 01 November 2022 (Berani Bersikap)

Daniel pasal 1
“Daniel berketetapan untuk tidak menajiskan dirinya dengan santapan raja dan dengan anggur yang biasa diminum raja; dimintanyalah kepada pemimpin pegawai istana itu, supaya ia tak usah menajiskan dirinya.” (ayat 8)

Dalam dunia yang makin menggoda ini, bagaimanakah orang beriman dapat berprinsip dan membedakan mana pilihan yang serasi dengan kehendak Tuhan?

Bangsa Yehuda dibuang ke tanah Babel, negeri yang menyembah berhala. Nebukadnezar tahu bahwa banyak orang Israel yang berpotensi. Ia ingin memanfaatkan mereka untuk ambisi internasionalnya.

Raja tentu tidak ingin nasionalisme Israel tetap melekat. Itu membahayakan Babel. Maka Babel berusaha ‘mencuci otak’ mereka. Caranya? Mendidik mereka agar memiliki pola pikir Kasdim.
Hal pertama yang Babel lakukan adalah menanamkan budaya dan nilai-nilai Kasdim. Dimulai dengan mengajarkan bahasa dan tulisan Kasdim (ayat 4). Pengenalan aksara Kasdim akan mempercepat penyesuaikan diri mereka dengan budaya Kasdim.
Kedua, Babel mengubah identitas mereka. Nama-nama Yahudi mereka diganti dengan nama-nama Kasdim. Daniel, Hananya, Misael, dan Azarya berubah menjadi Beltsazar, Sadrakh, Mesakh, dan Abednego (ayat 6-7).
Ketiga adalah mengubah gaya hidup para tawanan. Mereka diberi santapan dan minuman raja (ayat 5).

Sungguh menarik memperhatikan bahwa Daniel dan rekan-rekannya menyetujui nama baru mereka. Mereka juga tidak menolak pendidikan yang diberikan. Namun ketika harus mengubah gaya hidup, mereka menolak! Mereka tahu bahwa santapan itu telah dipersembahkan terlebih dulu kepada sesembahan Babel. Dan itu bertentangan dengan iman mereka! Daniel tidak mau kompromi sedikit pun pada sesuatu yang membuat ia melanggar perintah Tuhan. Ia harus lebih taat kepada Tuhan daripada kepada manusia.

Keteguhan hati seperti yang dimiliki Daniel dan keempat temannya menjadi teladan sekaligus teguran bagi kita. Coba ingat-ingat kapan terakhir kita mengkompromikan iman kita? Apa penyebabnya? Mari belajar dari Daniel. Bahkan ketika benar-benar menjadi minoritas, mereka berani menentukan sikap hidup dan menyatakan kebenaran.
Amin, Tuhan Yesus memberkati