“dan untuk memperdamaikan keduanya, di dalam satu tubuh, dengan Allah oleh salib, dengan melenyapkan perseteruan pada salib itu.” (ayat 16)
Mengingat karya Allah memang penting agar kita memahami kebesaran kuasa dan kasih-Nya. Itu akan membuat kita bersyukur dan tahu bagaimana mengisi hidup.
Paulus menekankan agar jemaat Efesus mengingat keadaan mereka sebelum mengenal Kristus. Bagi orang bukan Yahudi, mereka adalah orang kafir, yaitu orang tak bersunat yang tidak terhitung ke dalam bilangan umat Allah serta tidak berhak menerima janji-janji Allah (ayat 11-12). Mereka terpisah dari Kristus maka tak ada pengharapan!
Namun kondisi mereka berbalik seratus delapan puluh derajat saat mereka ada di dalam Yesus. Darah Yesus yang dicurahkan di kayu salib telah menghancurkan tembok pemisah antara mereka dengan Allah, begitu pula antara mereka dengan bangsa pilihan Allah (ayat 13-14). Orang kemudian dapat datang langsung kepada Allah tanpa membutuhkan seorang perantara, seperti sebelumnya. Orang Yahudi dan orang nonYahudi pun kemudian mempunyai status yang sama di dalam Yesus, yaitu sebagai anggota keluarga Allah (ayat 19).
Setiap orang seharusnya berkesempatan untuk menjadi keluarga Allah. Hanya saja ada orang-orang yang suka menempatkan penghalang, yang menghalangi orang lain masuk ke dalam komunitas orang percaya. Padahal di dalam Kristus seharusnya tidak ada diskriminasi lagi karena Kristus telah menjadi kunci bagi rekonsiliasi antara manusia dengan Allah dan dengan sesamanya sehingga semua orang percaya mempunyai status sama, yaitu warga Kerajaan Allah. Dan semuanya tersusun menjadi bait kudus, yaitu bait Allah, tempat kediaman Allah (ayat 21-22).
Kita bersyukur karena kita pun telah dipersatukan di dalam Kristus, kita masing-masing menjadi kawan sewarga dari orang-orang kudus dan anggota-anggota keluarga Allah. Dan saat ini gereja ada untuk menjadi tempat Allah berdiam serta persekutuan bagi semua orang yang beriman kepada Kristus dapat bertemu. Amin
Tuhan Yesus memberkati