Wahyu 22:6-21
“Sesungguhnya Aku datang segera. Berbahagialah orang yang menuruti perkataan-perkataan nubuat kitab ini!” (ayat 7)
Wahyu ditulis oleh Yohanes atas perintah Tuhan Yesus untuk menguatkan umat Tuhan yang sedang menghadapi penganiayaan yang kian hari kian berat. Intisari kitab Wahyu adalah bahwa Allah berdaulat atas sejarah dunia ini. Kuasa Iblis yang memakai pemimpin dan budaya dunia untuk menyesatkan umat manusia, tetap ada di bawah kendali Sang Pencipta dan Pemilik. Kristus telah memastikan bahwa semua rencana Allah bagi dunia dan bagi keselamatan umat-Nya tercapai dengan sempurna.
Pada perikop penutup ini sekali lagi Yohanes mendapatkan penegasan bahwa baik semua yang ia lihat dan catat, maupun yang tidak dicatatnya adalah tepat, setepat firman-Nya di Perjanjian Lama (ayat 6). Oleh karena itu, siapapun yang tidak percaya dan menolak firman-Nya, memang sudah dihakimi secara adil (ayat 11), yaitu mereka yang tetap tinggal dalam keberdosaan mereka (ayat 15). Sebaliknya, mereka yang percaya akan memperoleh upah percayanya itu yang dijaminkan oleh Kristus sendiri (ayat 12, 16). Merekalah yang diundang untuk menikmati kehidupan sejati kekal bersama Allah di surga mulia (ayat 17).
Pentingnya firman Tuhan ini bagi penghiburan dan penguatan umat Tuhan di sepanjang zaman ditegaskan melalui peringatan keras untuk tidak mengubah pesan Tuhan ini (ayat 18-19). Baik menambah maupun menguranginya, adalah sama dengan mengingkari hikmat dan kedaulatan Tuhan. Kita dipanggil untuk bersandar penuh pada Tuhan, dengan tidak mengompromikan firman-Nya dengan hikmat kita, apalagi menafsir menurut keinginan dan kepentingan sendiri. Wahyu diberikan bukan untuk umat berspekulasi mengenai masa depan melainkan untuk menolong umat Tuhan menghadapi situasi sulit yang bersifat kontra kebenaran dan antiKristus.
Yang kita butuhkan bukan membaca peta zaman pembuka rahasia masa depan, melainkan menaati firman-Nya, pedoman terpercaya menjalani hidup masa depan. Amin
Tuhan Yesus memberkati