Kamis, 23 Desember 2021 Suam-suam kuku

Wahyu 3:14-22
“Aku tahu segala pekerjaanmu: engkau tidak dingin dan tidak panas. Alangkah baiknya jika engkau dingin atau panas! Jadi karena engkau suam-suam kuku, dan tidak dingin atau panas, Aku akan memuntahkan engkau dari mulut-Ku.” (ayat 15-16)

Surat yang ketujuh ditujukan kepada jemaat di Laodikia. Tuhan memulai surat-Nya dengan memperkenalkan diri-Nya ‘Amin’, artinya ‘benar atau pasti atau setia’, untuk menegaskan bahwa Dia dapat dipercayai. Dia adalah ‘Saksi yang setia dan benar’ (ayat 14). Firman-Nya benar, berotoritas dan dapat dipercayai.

Yesus menasihati untuk menyelamatkan jemaat Laodikia dari kondisi rohani ‘suam-suam kuku’, tidak dingin atau tidak panas (ayat 15-16). Suam-suam kuku terjadi apabila orang merasa puas dengan dirinya sendiri sehingga ia tidak menyadari kondisi rohani yang sesungguhnya. Jemaat di Laodikia merasa kaya dan telah memperkayakan diri serta tidak kekurangan apa-apa lagi, padahal sebenarnya secara rohani mereka malang, miskin, buta, dan telanjang (ayat 17). Mereka percaya kepada Yesus, tetapi tidak mengandalkan Dia. Mereka percaya kepada-Nya tetapi tidak menjadikan Dia Tuhan di dalam hidup mereka.

Yesus tidak menyukai orang yang suam-suam kuku, yaitu orang yang percaya kepada-Nya dengan tidak sepenuh hati. Bagi Tuhan adalah lebih baik jika orang memilih ‘Ya’ dan mengasihi Dia dengan segenap hati atau memilih untuk menolak Dia dan berkata ‘Tidak’ sama sekali. Ungkapan ‘Aku akan memuntahkan engkau dari mulut-Ku’ (ayat 16) adalah gambaran yang sangat jelas bahwa Dia akan menolak orang yang setengah hati. Karenanya, Yesus menasihati jemaat Laodikia, dan setiap orang percaya agar mereka bertobat dan berpaling kepada Tuhan (ayat 19). Setiap orang percaya dapat mengalami secara cuma-cuma kekayaan rohani dan kepuasan sejati ketika dia menyadari kemiskinannya dan mempersilakan Yesus tinggal di dalam hati dan menguasai seluruh hidupnya sebagai Tuhan. Kepuasan sejati hanya dapat dialami di dalam persekutuan dengan Dia (ayat 20).

Apabila kita mempersilakan Yesus menduduki takhta di hati kita, Dia berjanji akan mendudukkan kita bersama-sama dengan Dia di takhta-Nya (ayat 21). Jikalau Yesus memerintah hidup kita, maka kita pun akan hidup dan memerintah bersama-sama dengan Dia. Amin
Tuhan Yesus memberkati