Kamis, 15 April 2021 Jangan Mendua Hati

1 Korintus 10:14-33
“Kamu tidak dapat minum dari cawan Tuhan dan juga dari cawan roh-roh jahat. Kamu tidak dapat mendapat bagian dalam perjamuan Tuhan dan juga dalam perjamuan roh-roh jahat.” (ayat 21)

Bagaimana perasaan kita ketika orang yang sangat kita cintai tiba-tiba berselingkuh? Pasti perasaan sakit hati, cemburu, marah, kecewa, dsb, bercampur aduk dalam hidup kita. Lalu, bagaimana perasaan Tuhan ketika kita menduakan diri-Nya? Dalam teks ini, Paulus menegaskan bahwa Tuhan marah dan cemburu (ayat 22). Karena sejak awal Dia tidak ingin ada allah lain dalam hidup kita (Kel 20:3).

Di satu sisi, jemaat Korintus percaya kepada Kristus. Di sisi lain lingkungan yang penuh penyembahan berhala menyebabkan situasi yang sulit. Dengan tegas Paulus menasihati jemaat Korintus untuk menjauhi penyembahan berhala (ayat 14). Jemaat Korintus sudah disatukan kepada Kristus melalui perjamuan kudus sebagai lambang penebusan Kristus (ayat 16-17). Mereka tidak perlu lagi mengikuti perjamuan para penyembah berhala. Mereka dapat belajar dari nenek moyang Israel yang mendua hati dengan menyembah Allah sekaligus berhala, yang mengakibatkan Allah murka dan menghukum mereka (ayat 18-22).

Jika demikian, apakah orang yang percaya kepada Kristus boleh menikmati makanan yang sudah dipersembahkan kepada berhala? Jawaban Paulus bersifat dialektis. Jikalau makanan tersebut benar-benar sebagai alat untuk penyembahan berhala, maka Paulus melarang keras untuk menikmatinya karena sama saja dengan mengakui keberadaan roh jahat di balik berhala (ayat 19-20; 28-29a). Akan tetapi, jikalau makanan tersebut tidak berkaitan dengan penyembahan berhala maka dapat dimakan untuk kebutuhan jasmani (ayat 25-27).
Prinsip ini yang Paulus gunakan dalam menghadapi ‘dilema’ seperti itu:

  • pertama, selalu menguji hati nurani agar tidak menjadi batu sandungan bagi orang lain (ayat 29, 32)
  • kedua, mengucap syukur kepada Tuhan (ayat 30)
  • ketiga, semuanya dipergunakan hanya untuk kemuliaan Tuhan (ayat 31).
    Paulus kemudian mengajak mereka melihat dirinya sebagai teladan sebagaimana ia sendiri meneladani Kristus (10:33-11:1). Prinsip Paulus tetap sama, yaitu ujung dari semua perbuatan kita haruslah demi kemuliaan Tuhan dan demi kebaikan orang lain. Amin
    Tuhan Yesus memberkati