Mazmur pasal 24
“Siapakah Dia itu Raja Kemuliaan?” “TUHAN semesta alam, Dialah Raja Kemuliaan!” (ayat 10)
Di dalam dunia ini, posisi dan kuasa tertinggi harus diperebutkan dan dipertahankan, kalau perlu dengan kekerasan. Dalam kepercayaan purba, dewa-dewa pun bersaing memperebutkan takhta. Dewa baik bertarung melawan dewa jahat, dan bumi sering dijadikan sebagai ajang pertempuran itu. Bila dewa jahat menang maka kacau balaulah dunia ini, sebaliknya jika dewa baik yang menang maka akan aman dan makmurlah bumi.
Mazmur 24 menyatakan bahwa Tuhan adalah Raja yang bertakhta di atas segalanya, tidak ada konflik dengan kuasa-kuasa lain karena hanya Dialah satu-satunya Allah (ayat 1-2). Maka pujian kepada Tuhan sebagai Raja membuka dan menutup mazmur ini (ayat 7-10). Kalau demikian bagaimanakah seharusnya menyambut dan merayakan Tuhan sebagai Raja?
Pertama, di hadapan Raja manusia harus bersih dari segala kotoran dan bebas dari segala motif palsu. Itu sebabnya dipakai ungkapan “yang bersih tangannya dan murni hatinya.” Ungkapan ini menunjukkan kehidupan yang tak bercacat karena dikendalikan oleh hati yang tulus, yang berakar pada kesetiaan tunggal pada Allah.
Kedua, sejajar dengan yang pertama, ketulusan yang dapat dilihat oleh sesama manusia dan yang jauh dari kemunafikan yang memanipulasi nama Allah. Betapa mudah kita bersandiwara di hadapan orang lain dengan kesalehan semu, padahal tujuannya menipu demi keuntungan diri sendiri! Hanya orang yang memelihara pasangan sikap hati dan tindakan ini yang akan menerima berkat Allah (ayat 5-6).
Hanya ada satu cara untuk menunjukkan bahwa Allah adalah Raja, yaitu hiduplah sebagai anak-anak Raja, bukan dengan kesombongan, tetapi dengan menjaga harkat hidup yang kudus dan penuh kemurahan karena Tuhan kita adalah Raja yang agung dan penuh belas kasih.
Amin, Tuhan Yesus memberkati